FILSAFAT HUKUM ISLAM
Disusun
oleh :
MUHAMMAD
ALPIAN NOOR ( 1101120067 )
MUHAMMAD
AMINUDDIN ( 1101120068 )
Dosen
Pembimbing : Budi Rahmat Hakim, S.Ag,
MHI
Tema
: Tujuan Hukum Islam (Maqashid As-Syariah)
Judul bahasan : menggapai
kemaslahatan dengan hukum islam
&
Konsep ibadah dalam hukum islam
PERBANDINGAN
MADZHAB DAN HUKUM
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
ANTASARI BANJARMASIN
2012
MENGGAPAI KEMASLAHATAN DENGAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam
(As-Syariah) dibangun dengan berlandaskan Kitab suci Al-Qur’an,
As-Sunnah, dan Ijtihad Sahabat, bertujuan untuk memelihara alur jalannya
kehidupan manusia dan bertujuan untuk menggapai kemaslahatan di dunia dan di
akhirat kelak.
Dari pernyataan tadi dapat kita pahami bahwa, sebagai seorang
manusia / mukallaf sudah sepantasnya bahkan sudah kewajiban kita untuk
memelihara Hukum Islam / syari’ah di
dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Dengan cara melaksanakan apa saja
yang di perintahkan dan meninggalkan apa saja yang di larang sesuai dengan apa
yang telah di tetapkan di dalam syari’ah, agar dapat mewujudkan kemaslahatan di
kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat.
#
TUJUAN HUKUM ISLAM #
Menurut
“Abu Zahroh” ada tiga tujuan Hukum Islam[1],
yaitu :
1.
Mendidik
individu agar mampu menjadi
sumber kebajikan bagi masyarakatnya dan tidak menjadi sumber malapetakata bagi
orang lain. Hal ini disebutkan dalam Firman
Allah SWT, Qs. Al-Ankabut : 45
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) ÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. ( Qs. Al-Ankabut : 45 )
2.
Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara
internal di antara sesama ummat Islam maupun eksternal antara ummat Islam
dengan masyarakat luar. Hal ini ditegaskan dalam Firman Allah SWT, Qs.
Al-Maidah : 8
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( wur öNà6¨ZtBÌôft ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã wr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 cÎ) ©!$# 7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
( Qs. Al-Maidah : 8 )
3.
Mewujudkan
kemaslahatan hakiki bagi manusia dan masyarakat. Bukan kemaslahatan semu untuk
sebagian orang atas dasar hawa nafsu yang berakibat penderitaan bagi orang lain, tapi
kemaslahatan bagi semua orang, kemaslahatan yang betul-betul bisa dirasakan
oleh semua pihak.
Menurut
“Abdul Wahab Khalab” ada dua tujuan Hukum Islam[2],
yaitu :
1.
Tujuan Umum,
adalah untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia didalam hidupnya, yang prinsifnya adalah menarik manfaat dan menolak
kemadlaratan. Kemaslahatan manusia itu ada yang bersifat daruri, haaji dan
tahsini.
-
Bersifat daruri
yaitu sesuatu yang dibutuhkan untuk
melindungi kehidupan manusia. Sesuatu yang tidak boleh tidak, harus ada
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
-
Bersifat haaji yaitu yang bersifat mempermudah kehiduapan
manusia, menghilangkan kesulitan dan meringankan beban tugas dan kewajiban
manusia didalam hidupnya.
-
Bersifat tahsini yaitu yang bersifat memperindah kehidupan
manusia.
2.
Tujuan Khusus,
adalah yang berkaitan dengan satu-persatu aturan Hukum Islam. Hal ini dapat di
ketahui dengan memahami Asbabun Nuzul dan Hadits-hadits yang Shahih.
#
MENGGAPAI KEMASLAHATAN #
Setiap
manusia menginginkan kemaslahatan dikehidupannya di dunia dan di akhirat kelak,
namun bagaimanakah cara kita untuk mendapatkan kemaslahatan tersebut ?. Menurut
para ulama untuk
mencapai kemaslahatan hidup dunia dan akhirat ada 5 hal yang harus dipelihara,
yaitu:
1. Memelihara Agama
Memelihara
Agama adalah memelihara
kemerdekaan manusia di dalam menjalankan agamanya. Agamalah yang
meninggikan martabat manusia dari hewan. Tidak ada paksaan di dalam menjalankan
agama. Sudah jelas mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagaimana disebutkan dalam
Firman Allah SWT, Qs. Al-Baqarah : 256
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù öàÿõ3t ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# w tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿx îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
( Qs. Al-Baqarah : 256 )
2. Memelihara Jiwa
Memelihara Jiwa adalah memelihara hak hidup
secara terhormat memelihara jiwa dari segala macam ancaman, pembunuhan,
penganiayaan dan sebagainya. Islam menjaga kemerdekaan berbuat, berpikir dan
bertempat tinggal, Islam melindungi kebebasan berkreasi di lingkungan sosial
yang terhormat dengan tidak melanggar hak orang lain.
3.
Memelihara Akal
Memelihara
Akal adalah memelihara manusia agar tidak menjadi beban sosial, tidak menjadi
sumber kejahatan dan penyakit di dalam masyarakat. Islam berkewajiban
memelihara akal sehat manusia karena dengan akal sehat itu manusia mampu
melakukan kebajikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat
laksana batu merah di dalam bangunan sosial. Dengan akal sehat manusia mampu
menolak bencana dan mengatasi permasalahan hidup yang datang pada dirinya.
Apabila manusia kehilangan akal sehatnya maka manusia itu akan menjadi beban
bagi masyarakat. karena itu islam mewajibkan manusia untuk memelihara akal
sehatnya.
4.
Memelihara Keturunan
Memelihara
Keturunan adalah memelihara jenis anak keturunan manusia melalui ikatan
perkwainan yang sah yang diikat dengan suatu aturan hukum agama. Melalui ikatan
perkawinan yang sah bisa diwujudkan kehiduapan rumah tangga yang harmonis, di
mana anak-anak yang dilahirkan dapat dididik diasuh, dibesarkan dengan dengan
penuh rasa kasih sayang oleh ibu bapaknya sendiri. Manusia wajib
memelihara keturunan yang dilahirkannya dengan sebaik-baiknya agar anak
dapat hidup dengan baik dan tumbuh secara normal.
5.
Memelihara Harta Benda
Memelihara
Harta Benda adalah mengatur tatacara mendapatkan dan mengembang biakkan harta
benda secara benar dan halal, Islam mengatur tatacara bermuamalah secara benar,
halal, adil dan saling ridla merdlai. Islam melarang cara mendapatkan harta
secara paksa, melalui tipuan dan sebagainya seperti mencuri, merampok, menipu,
memeras dan sebagainya. Islam melarang manusia saling memakan harta orang lain
secara batil;. Harta ditangan seseorang merupakan kekuatan bagi ummat. Karena
itu Islam mengatur cara-cara yang halal mendapatkannya dan cara-cara yang benar
menggunakannya. Tidak boleh harta digunakan untuk hal-hal yang dapat berakibat
merusak tujuan tujuan hukum /syariat lainnya.
KONSEP
IBADAH DALAM HUKUM ISLAM
Ibadah dalam Islam adalah berlainan sama sekali dengan
Konsep dan amalan-amalan lain-lain agama atau kepercayaan. Ia bukan perbuatan
mengasingkan diri, menolak dan meninggalkan kehidupan dunia sebagaimana yang
dipelopori oleh golongan lain
Ia juga bukan terbatas kepada tempat-tempat tertentu saja atau hanya dilakukan
melalui perantaraan orang-orang yang tertentu atau dewa-dewa yang dipilih dan
dibuat khas untuk tujuan ini, tanpa mereka amalan seseorang itu tidak akan
diterima. Konsep-konsep seumpama ini tidak ada tempat langsung di dalam syariat
Islam. Namun demikian, pengaruh konsep asing ini dapat juga menyerap ke dalam
kehidupan sebahagian besar umat Islam. Oleh itu timbullah berbagai tanggapan
terhadap ibadah, ada yang menganggap ibadah itu tertumpu kepada shalat, puasa,
haji dan zakat saja, terdapat juga mereka yang mengaku beribadah kepada Allah
tetapi ubudiah mereka juga diberikan kepada selain dari Allah. Malah ada yang
berpendapat bahawa ruang lingkup ibadah itu sama sekali tidak ada kaitannya
dengan urusan masyarakat terutama di bidang politik.
Ibadah dalam Islam adalah merupakan wujud dari
perasaan tunduk dan patuh kepada Allah dan klimak dari perasaan yang merasakan
kebesaran Allah sebagai tempat pengabdian diri. Ibadah juga merupakan tangga
penyambung antara akhlak dan penciptanya. Selain dari itu ibadah mempunyai
kesan-kesan yang mendalam di sudut hubungan makhluk dan penciptanya.
Sebenarnya
Islam telah meletakkan ibadah di tempat yang paling istimewa sekali di dalam
Al-Quran di jelaskan seluruh jin dan manusia dijadikan semata-mata untuk tujuan
ini. islam juga telah memberi pengertian yang luas terhadap ibadah. Tegasnya
Islam menuntut supaya seluruh kehidupan ini dapat ibadah dan taat kepada Allah.
Dari segi syara’ “ibadah” diertikan sebagai
taat, tunduk patuh dan merendah diri sepenuhnya kepada Allah. Sheikh Ibn.
Taimiyah pula menyatakan, “Ibadah asal maknanya kehinaan, tetapi ibadah yang
diperintah Allah atau yang disyariatkan kepada manusia merangkumi makna kehinaan
dan kecintaan bersama yaitu kehinaan
diri seseorang bila berhadapan dengan Allah dan kecintaannya kepadanya. Al-Tabari pula, menjelaskan maksud
ibadah yaitu khusu’ kepada-NYA, merendah diri dan tetap hati kepadanya. Sebagai
kesimpulan ibadah bermaksud merangkumi segala perkara yang disukai Allah dan
diridhaiNya, sama ada keyakinan, sikap, perkataan, amal perbuatan, zahir maupun batin. Dalam kata lain ibadah ialah
segala aktiviti manusia yang zahir dan batin dalam mengerjakan sesuatu perkara
atau meninggalkannya semata-mata dengan niat mencari keridhaan Allah. Firman Allah dalam
surah Al-Baqarah: 172
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=à2 `ÏB ÏM»t6ÍhsÛ $tB öNä3»oYø%yu (#rãä3ô©$#ur ¬! bÎ) óOçFZà2 çn$Î) crßç7÷ès? ÇÊÐËÈ
172.
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.
Al-Maidah:
60
ö@è% ö@yd Nä3ã¤Îm;tRé& 9h|³Î0 `ÏiB y7Ï9ºs ºpt/qèWtB yYÏã «!$# 4
`tB çmuZyè©9 ª!$# |=ÅÒxîur Ïmøn=tã @yèy_ur ãNåk÷]ÏB noytÉ)ø9$# tÎ$uZsø:$#ur yt7tãur |Nqäó»©Ü9$# 4
y7Í´¯»s9'ré& @° $ZR%s3¨B @|Êr&ur `tã Ïä!#uqy È@Î6¡¡9$# ÇÏÉÈ
60.
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang
lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu
orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang
dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka
itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
[424] Yang dimaksud disini Ialah:
orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah
ayat 65).
An-nahl . 36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# (
Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=Ò9$# 4
(#rçÅ¡sù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. c%x. èpt7É)»tã úüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ
36.
dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu",
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul).
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa
saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa
saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
Islam juga
mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai
‘ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi untuk
mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyari’atkan
oleh-Nya. Islam tidak menganggap ‘ibadah-’ibadah tertentu sahaja sebagai amal
salih malah ia meliputi segala kegiatan lain sebagaimana firman Allah dalam
surah Al-Baqarah: 177
ß * }§ø©9 §É9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr @t6Ï% É-Îô³yJø9$# É>ÌøóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §É9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm Írs 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4q2¨9$# cqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sÎ) (#rßyg»tã (
tûïÎÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3
y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ (
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)GßJø9$# ÇÊÐÐÈ
177.
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Dan dalam surah At-Taubah: 120-121
$tB tb%2 È@÷dL{ ÏpuZÏyJø9$# ô`tBur Oçlm;öqym z`ÏiB É>#{ôãF{$# br& (#qàÿ¯=ytGt `tã ÉAqߧ «!$# wur (#qç7xîöt öNÍkŦàÿRr'Î/ `tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R 4
Ï9ºs óOßg¯Rr'Î/ w óOßgç6ÅÁã Ø'yJsß wur Ò=|ÁtR wur ×p|ÁyJøxC Îû È@Î6y «!$# wur cqä«sÜt $Y¥ÏÛöqtB àáÉót u$¤ÿà6ø9$# wur cqä9$uZt ô`ÏB 5irßtã ¸xø¯R wÎ) |=ÏGä. Oßgs9 ¾ÏmÎ/ ×@yJtã ìxÎ=»|¹ 4
cÎ) ©!$# w ßìÅÒã tô_r& tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊËÉÈ wur cqà)ÏÿYã Zps)xÿtR ZouÉó|¹ wur ZouÎ72 wur cqãèsÜø)t $ºÏ#ur wÎ) |=ÏGà2 öNçlm; ÞOßgtÌôfuÏ9 ª!$# z`|¡ômr& $tB (#qçR$2 tbqè=yJ÷èt ÇÊËÊÈ
120.
tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang
berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan
tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai
diri rasul. yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan,
kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu
tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan
sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang
demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat baik,
121. dan mereka tiada menafkahkan
suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu
lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan
memberi Balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Daripada nas-nas di atas nyatalah bahawa
kegiatan-kegiatan taqwa yang dikerjakan oleh seseorang seperti shalat, puasa,
dan zikir belum memadai untuk menjadikan ia sebagai seorang Muslim yang shalih.
Seorang muslim yang salih itu adalah seorang yang menyerahkan seluruh jiwa
raganya kepada Allah Ini bermakna ia menjadikan seluruh masa dalam hidupnya dan
setiap tindakannya sebagai sesuatu yang ditujukan untuk mendapat keridhaan
Allah. Oleh karena itu tidak terdapat ruang-ruang di dalam hidupnya dan tidak
terdapat sesuatu pun daripada perbuatannya yang terlepas dari patuh mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Demi tujuan ini, ia menyerahkan
sepenuh hidupnya kepada Allah ia rela untuk mengorbankan apa saja yang ada
padanya walaupun ini berarti harta benda yang paling dikasihi dan jiwanya
sendiri. Itulah sebabnya perbedaan antara seorang yang berjihad pada jalan Allah
bagi membentuk masyarakat yang Salih dengan seseorang yang membataskan kegiatan
‘ibadahnya kepada bidang-bidang yang tertentu saja amatlah jauh Orang yang
pertama lebih tinggi martabatnya dan lebih hampir kepada Allah.’ Dari sini
jelaslah bahawa islam tidak membataskan ruang lingkup ‘ibadah kepada
sudut-sudut tertentu saja. Tetapi Islam menetapkan seluruh kehidupan manusia
adalah medan ‘amal dan persediaan bekalan bagi para mu’min sebelum mereka kembali
berhadapan dengan Allah di Hari Pembalasan nanti.
Hakikat ini
ditegaskan oleh Al-Qur’an dalam surah Al-Mulk: 2
Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3r& ß`|¡ômr& WxuKtã 4
uqèdur âÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ
2.
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Apa saja kegiatan dan perbuatan yang dilakukan oleh
seorang muslim dengan penuh ikhlas untuk mendapatkan keridhaan Allah serta
dikerjakan menurut ketetapan-ketetapan syara’ maka ia dapat dianggap sebagai
‘ibadah yang dikumpulkan sebagai ‘amal salih.
Oleh karena
itu ruang lingkup ‘ibadah di dalam islam sangatlah luas seluas tempo hayat seseorang muslim dan
kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja ‘amal yang diridhai oleh
Allah di dalam tempo tersebut.
Dalam islam ibadah memiliki beberapa
bagian, di antaranya yaitu :
A. Ibadah
khusus
B. Ibadah umum
C. Ibadah
maliyah
D. Ibadah badaniyah,
dan
E. Ibadah
qalbiyah
HIKMAH IBADAH
1. Ibadah dalam Islam adalah
merupakan makanan atau riyadhah ruhiyah sebagaimana jasad memerlukan makan dan minuman.
2. Untuk memerdekakan diri manusia
daripada menghambakan diri kepada sesuatu makhluk selain daripada Allah.
3. Untuk memberikan suatu keyakinan
dan tempat pergantungan yang sebenarnya yang telah menjadi fitrah atau tabi’at
semula jadi manusia.
4. Untuk mengembalikan dan
meletakkan manusia itu di tempat fitrahnya yang betul sebagai hamba Allah
Taala.
5. Ibadah juga merupakan ujian Allah
kepada hambanya dalam seluruh hidupnya.
6. Ibadah juga suatu garis pemisah
yang membedakan antara Islam dengan kafir dan antara manusia dengan
makhluk-makhluk lain.
# KESIMPULAN #
Dunia adalah ladang besar bagi manusia untuk mewujudkan
kemaslahatan di dunia dan di akhirat, untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut
hendaklah kita memelihara Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta benda. Dengan
cara menjalani kehidupan sesuai Hukum Islam / Syariah yang sudah di tetapkan,
agar terwujudlah kemaslahatan di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat dan Sesungguhnya ‘ibadah di dalam Islam tidak hanya terbatas kepada saIat,
zakat, puasa, haji. berzikir, berdoa dan beristighfar sebagaimana yang difahami
oleh setengah-setengah golongan di kalangan umat Islam. Kebanyakan mereka
menyangka bahawa bila mereka telah menunaikan perkara-perkara yang fardhu
bererti mereka telah menyernpurnakan segala hak Allah dan kewajipan ‘ubudiyyah
terhadap-Nya.
Sebenarnya kewajipan-kewajipan
yang besar dan rukun-rukun asasi walau bagaimana tinggi kedudukannya, ia
hanyalah sebahagian daripada tuntutan ‘ibadah kepada Allah. Ia tidak merupakan seluruh ‘ibadah
yang ditetapkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Kewajipan-kewajipan tersebut
adalah tiang-tiang utama bagi mengasaskan dasar-dasar ‘ubudiyyah manusia kepada
Allah. Selepas ini adalah dituntut bahawa setiap tindakan yang dilakukan
olehnya mestilah selaras dengan dasar-dasar tersebut serta mengukuhkannya.
Manusia telah dijadiikan Allah dengan tujuan untuk
ber’ibadah kepada Allah. Oleh itu tujuan ini hanya dapat dilaksanakan oleh
manusia sekiranya ruang lingkup ‘ibadah dan daerah-daerahnya cukup luas
sehingga ia meliputi seluruh urusan kehidupan manusia itu sendiri.
# DAFTAR PUSTAKA #
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah hukum islam,
Jakarta, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar