Rabu, 25 Mei 2016

Makalah Filsafat Hukum Islam




FILSAFAT HUKUM ISLAM
 

                                                                                                                     




Disusun oleh :
MUHAMMAD ALPIAN NOOR ( 1101120067 )
MUHAMMAD AMINUDDIN ( 1101120068 )
Dosen Pembimbing :  Budi Rahmat Hakim, S.Ag, MHI
Tema : Tujuan Hukum Islam (Maqashid As-Syariah)
Judul bahasan : menggapai kemaslahatan dengan hukum islam
&
Konsep ibadah dalam hukum islam


PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2012




MENGGAPAI KEMASLAHATAN DENGAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam  (As-Syariah) dibangun dengan berlandaskan Kitab suci Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad Sahabat, bertujuan untuk memelihara alur jalannya kehidupan manusia dan bertujuan untuk menggapai kemaslahatan di dunia dan di akhirat kelak.
Dari pernyataan tadi dapat kita pahami bahwa, sebagai seorang manusia / mukallaf sudah sepantasnya bahkan sudah kewajiban kita untuk memelihara Hukum Islam / syari’ah  di dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Dengan cara melaksanakan apa saja yang di perintahkan dan meninggalkan apa saja yang di larang sesuai dengan apa yang telah di tetapkan di dalam syari’ah, agar dapat mewujudkan kemaslahatan di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat.

# TUJUAN HUKUM ISLAM #
Menurut “Abu Zahroh” ada tiga tujuan Hukum Islam[1], yaitu :
1.      Mendidik individu agar mampu menjadi sumber kebajikan bagi masyarakatnya dan tidak menjadi sumber malapetakata bagi orang lain. Hal ini disebutkan dalam Firman  Allah SWT, Qs. Al-Ankabut : 45
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Qs. Al-Ankabut : 45 )
2.      Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara internal di antara sesama ummat Islam maupun eksternal antara ummat Islam dengan masyarakat luar. Hal ini ditegaskan dalam Firman Allah SWT, Qs. Al-Maidah : 8
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà­ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( Ÿwur öNà6¨ZtB̍ôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã žwr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)­G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Qs. Al-Maidah : 8 )
3.      Mewujudkan kemaslahatan hakiki bagi manusia dan masyarakat. Bukan kemaslahatan semu untuk sebagian orang atas dasar hawa nafsu yang berakibat penderitaan bagi orang lain, tapi kemaslahatan bagi semua orang, kemaslahatan yang betul-betul bisa dirasakan oleh semua pihak.

Menurut “Abdul Wahab Khalab” ada dua tujuan Hukum Islam[2], yaitu :
1.      Tujuan Umum, adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia didalam hidupnya, yang prinsifnya adalah menarik manfaat dan menolak kemadlaratan. Kemaslahatan manusia itu ada yang bersifat daruri, haaji dan tahsini.
-          Bersifat daruri yaitu sesuatu yang dibutuhkan untuk melindungi kehidupan manusia. Sesuatu yang tidak boleh tidak, harus ada  untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
-          Bersifat haaji yaitu yang bersifat mempermudah kehiduapan manusia, menghilangkan kesulitan dan meringankan beban tugas dan kewajiban manusia didalam hidupnya.
-          Bersifat tahsini yaitu yang bersifat memperindah kehidupan manusia.
2.      Tujuan Khusus, adalah yang berkaitan dengan satu-persatu aturan Hukum Islam. Hal ini dapat di ketahui dengan memahami Asbabun Nuzul dan Hadits-hadits yang Shahih.

# MENGGAPAI KEMASLAHATAN #
Setiap manusia menginginkan kemaslahatan dikehidupannya di dunia dan di akhirat kelak, namun bagaimanakah cara kita untuk mendapatkan kemaslahatan tersebut ?. Menurut para ulama untuk mencapai kemaslahatan hidup dunia dan akhirat ada 5 hal yang harus dipelihara, yaitu:
1.      Memelihara Agama
Memelihara Agama adalah memelihara kemerdekaan manusia di dalam menjalankan agamanya. Agamalah  yang  meninggikan martabat manusia dari hewan. Tidak ada paksaan di dalam menjalankan agama. Sudah jelas mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagaimana disebutkan dalam Firman  Allah SWT, Qs. Al-Baqarah : 256
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù öàÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# Ÿw tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ  
 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( Qs. Al-Baqarah : 256 )

2.      Memelihara Jiwa
 Memelihara Jiwa adalah memelihara hak hidup secara terhormat memelihara jiwa dari segala macam ancaman, pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya. Islam menjaga kemerdekaan berbuat, berpikir dan bertempat tinggal, Islam melindungi kebebasan berkreasi di lingkungan sosial yang terhormat dengan tidak melanggar hak orang lain.
3.      Memelihara Akal
Memelihara Akal adalah memelihara manusia agar tidak menjadi beban sosial, tidak menjadi sumber kejahatan dan penyakit di dalam masyarakat. Islam berkewajiban memelihara akal sehat manusia karena dengan akal sehat itu manusia mampu melakukan kebajikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat laksana batu merah di dalam bangunan sosial. Dengan akal sehat manusia mampu menolak bencana dan mengatasi permasalahan hidup yang datang pada dirinya. Apabila manusia kehilangan akal sehatnya maka manusia itu akan menjadi beban bagi masyarakat. karena itu islam mewajibkan manusia untuk memelihara akal sehatnya.
4.      Memelihara Keturunan
Memelihara Keturunan adalah memelihara jenis  anak keturunan manusia melalui ikatan perkwainan yang sah yang diikat dengan suatu aturan hukum agama. Melalui ikatan perkawinan yang sah bisa diwujudkan kehiduapan rumah tangga yang harmonis, di mana anak-anak yang dilahirkan dapat dididik diasuh, dibesarkan dengan dengan penuh rasa kasih sayang oleh ibu bapaknya sendiri. Manusia wajib memelihara  keturunan yang dilahirkannya dengan sebaik-baiknya agar anak dapat hidup dengan baik dan tumbuh secara normal.
5.      Memelihara Harta Benda
Memelihara Harta Benda adalah mengatur tatacara mendapatkan dan mengembang biakkan harta benda secara benar dan halal, Islam mengatur tatacara bermuamalah secara benar, halal, adil dan saling ridla merdlai. Islam melarang cara mendapatkan harta secara paksa, melalui tipuan dan sebagainya seperti mencuri, merampok, menipu, memeras dan sebagainya. Islam melarang manusia saling memakan harta orang lain secara batil;. Harta ditangan seseorang merupakan kekuatan bagi ummat. Karena itu Islam mengatur cara-cara yang halal mendapatkannya dan cara-cara yang benar menggunakannya. Tidak boleh harta digunakan untuk hal-hal yang dapat berakibat merusak tujuan tujuan hukum /syariat lainnya.

KONSEP IBADAH DALAM HUKUM ISLAM
Ibadah dalam Islam adalah berlainan sama sekali dengan Konsep dan amalan-amalan lain-lain agama atau kepercayaan. Ia bukan perbuatan mengasingkan diri, menolak dan meninggalkan kehidupan dunia sebagaimana yang dipelopori oleh golongan lain Ia juga bukan terbatas kepada tempat-tempat tertentu saja atau hanya dilakukan melalui perantaraan orang-orang yang tertentu atau dewa-dewa yang dipilih dan dibuat khas untuk tujuan ini, tanpa mereka amalan seseorang itu tidak akan diterima. Konsep-konsep seumpama ini tidak ada tempat langsung di dalam syariat Islam. Namun demikian, pengaruh konsep asing ini dapat juga menyerap ke dalam kehidupan sebahagian besar umat Islam. Oleh itu timbullah berbagai tanggapan terhadap ibadah, ada yang menganggap ibadah itu tertumpu kepada shalat, puasa, haji dan zakat saja, terdapat juga mereka yang mengaku beribadah kepada Allah tetapi ubudiah mereka juga diberikan kepada selain dari Allah. Malah ada yang berpendapat bahawa ruang lingkup ibadah itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan masyarakat terutama di bidang politik.

Ibadah dalam Islam adalah merupakan wujud dari perasaan tunduk dan patuh kepada Allah dan klimak dari perasaan yang merasakan kebesaran Allah sebagai tempat pengabdian diri. Ibadah juga merupakan tangga penyambung antara akhlak dan penciptanya. Selain dari itu ibadah mempunyai kesan-kesan yang mendalam di sudut hubungan makhluk dan penciptanya.
 Sebenarnya Islam telah meletakkan ibadah di tempat yang paling istimewa sekali di dalam Al-Quran di jelaskan seluruh jin dan manusia dijadikan semata-mata untuk tujuan ini. islam juga telah memberi pengertian yang luas terhadap ibadah. Tegasnya Islam menuntut supaya seluruh kehidupan ini dapat ibadah dan taat kepada Allah.
Dari segi syara’ “ibadah” diertikan sebagai taat, tunduk patuh dan merendah diri sepenuhnya kepada Allah. Sheikh Ibn. Taimiyah pula menyatakan, “Ibadah asal maknanya kehinaan, tetapi ibadah yang diperintah Allah atau yang disyariatkan kepada manusia merangkumi makna kehinaan dan kecintaan bersama yaitu  kehinaan diri seseorang bila berhadapan dengan Allah dan kecintaannya kepadanya. Al-Tabari pula, menjelaskan maksud ibadah yaitu khusu’ kepada-NYA, merendah diri dan tetap hati kepadanya. Sebagai kesimpulan ibadah bermaksud merangkumi segala perkara yang disukai Allah dan diridhaiNya, sama ada keyakinan, sikap, perkataan, amal perbuatan, zahir  maupun batin. Dalam kata lain ibadah ialah segala aktiviti manusia yang zahir dan batin dalam mengerjakan sesuatu perkara atau meninggalkannya semata-mata dengan niat mencari keridhaan Allah. Firman Allah dalam surah Al-Baqarah: 172
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=à2 `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB öNä3»oYø%yu (#rãä3ô©$#ur ¬! bÎ) óOçFZà2 çn$­ƒÎ) šcrßç7÷ès? ÇÊÐËÈ  
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.


Al-Maidah: 60
ö@è% ö@yd Nä3ã¤Îm;tRé& 9hŽ|³Î0 `ÏiB y7Ï9ºsŒ ºpt/qèWtB yYÏã «!$# 4 `tB çmuZyè©9 ª!$# |=ÅÒxîur Ïmøn=tã Ÿ@yèy_ur ãNåk÷]ÏB noyŠtÉ)ø9$# tƒÎ$uZsƒø:$#ur yt7tãur |Nqäó»©Ü9$# 4 y7Í´¯»s9'ré& @ŽŸ° $ZR%s3¨B @|Êr&ur `tã Ïä!#uqy È@Î6¡¡9$# ÇÏÉÈ  
60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.

[424] Yang dimaksud disini Ialah: orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah ayat 65).

An-nahl . 36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ  
36. dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Islam juga mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ‘ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi untuk mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyari’atkan oleh-Nya. Islam tidak menganggap ‘ibadah-’ibadah tertentu sahaja sebagai amal salih malah ia meliputi segala kegiatan lain sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah: 177
ß * }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$# ÇÊÐÐÈ  
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.


Dan dalam surah At-Taubah: 120-121
$tB tb%Ÿ2 È@÷dL{ ÏpuZƒÏyJø9$# ô`tBur Oçlm;öqym z`ÏiB É>#{ôãF{$# br& (#qàÿ¯=ytGtƒ `tã ÉAqߧ «!$# Ÿwur (#qç7xîötƒ öNÍkŦàÿRr'Î/ `tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R 4 šÏ9ºsŒ óOßg¯Rr'Î/ Ÿw óOßgç6ÅÁムØ'yJsß Ÿwur Ò=|ÁtR Ÿwur ×p|ÁyJøƒxC Îû È@Î6y «!$# Ÿwur šcqä«sÜtƒ $Y¥ÏÛöqtB àáÉótƒ u$¤ÿà6ø9$# Ÿwur šcqä9$uZtƒ ô`ÏB 5irßtã ¸xø¯R žwÎ) |=ÏGä. Oßgs9 ¾ÏmÎ/ ×@yJtã ìxÎ=»|¹ 4 žcÎ) ©!$# Ÿw ßìÅÒムtô_r& tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊËÉÈ   Ÿwur šcqà)ÏÿYムZps)xÿtR ZouŽÉó|¹ Ÿwur ZouŽÎ7Ÿ2 Ÿwur šcqãèsÜø)tƒ $ºƒÏŠ#ur žwÎ) |=ÏGà2 öNçlm; ÞOßgtƒÌôfuÏ9 ª!$# z`|¡ômr& $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊËÊÈ  
120. tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
121. dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi Balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Daripada nas-nas di atas nyatalah bahawa kegiatan-kegiatan taqwa yang dikerjakan oleh seseorang seperti shalat, puasa, dan zikir belum memadai untuk menjadikan ia sebagai seorang Muslim yang shalih. Seorang muslim yang salih itu adalah seorang yang menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah Ini bermakna ia menjadikan seluruh masa dalam hidupnya dan setiap tindakannya sebagai sesuatu yang ditujukan untuk mendapat keridhaan Allah. Oleh karena itu tidak terdapat ruang-ruang di dalam hidupnya dan tidak terdapat sesuatu pun daripada perbuatannya yang terlepas dari patuh mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Demi tujuan ini, ia menyerahkan sepenuh hidupnya kepada Allah ia rela untuk mengorbankan apa saja yang ada padanya walaupun ini berarti harta benda yang paling dikasihi dan jiwanya sendiri. Itulah sebabnya perbedaan  antara seorang yang berjihad pada jalan Allah bagi membentuk masyarakat yang Salih dengan seseorang yang membataskan kegiatan ‘ibadahnya kepada bidang-bidang yang tertentu saja amatlah jauh Orang yang pertama lebih tinggi martabatnya dan lebih hampir kepada Allah.’ Dari sini jelaslah bahawa islam tidak membataskan ruang lingkup ‘ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Tetapi Islam menetapkan seluruh kehidupan manusia adalah medan ‘amal dan persediaan bekalan bagi para mu’min sebelum mereka kembali berhadapan dengan Allah di Hari Pembalasan nanti.
Hakikat ini ditegaskan oleh Al-Qur’an dalam surah Al-Mulk: 2
Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3ƒr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âƒÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ  
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

Apa saja kegiatan dan perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim dengan penuh ikhlas untuk mendapatkan keridhaan Allah serta dikerjakan menurut ketetapan-ketetapan syara’ maka ia dapat dianggap sebagai ‘ibadah yang dikumpulkan sebagai ‘amal salih.
Oleh karena itu ruang lingkup ‘ibadah di dalam islam sangatlah luas  seluas tempo hayat seseorang muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja ‘amal yang diridhai oleh Allah di dalam tempo tersebut.
            Dalam islam ibadah memiliki beberapa bagian, di antaranya yaitu :
A.    Ibadah khusus
B.     Ibadah umum
C.     Ibadah maliyah
D.    Ibadah badaniyah, dan
E.     Ibadah qalbiyah


HIKMAH IBADAH

1. Ibadah dalam Islam adalah merupakan makanan atau riyadhah ruhiyah sebagaimana      jasad memerlukan makan dan minuman.

2. Untuk memerdekakan diri manusia daripada menghambakan diri kepada sesuatu makhluk selain daripada Allah.

3. Untuk memberikan suatu keyakinan dan tempat pergantungan yang sebenarnya yang telah menjadi fitrah atau tabi’at semula jadi manusia.

4. Untuk mengembalikan dan meletakkan manusia itu di tempat fitrahnya yang betul sebagai hamba Allah Taala.

5. Ibadah juga merupakan ujian Allah kepada hambanya dalam seluruh hidupnya.

6. Ibadah juga suatu garis pemisah yang membedakan antara Islam dengan kafir dan antara manusia dengan makhluk-makhluk lain.

# KESIMPULAN #
Dunia adalah ladang besar bagi manusia untuk mewujudkan kemaslahatan di dunia dan di akhirat, untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut hendaklah kita memelihara Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta benda. Dengan cara menjalani kehidupan sesuai Hukum Islam / Syariah yang sudah di tetapkan, agar terwujudlah kemaslahatan di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat dan Sesungguhnya ‘ibadah di dalam Islam tidak hanya terbatas kepada saIat, zakat, puasa, haji. berzikir, berdoa dan beristighfar sebagaimana yang difahami oleh setengah-setengah golongan di kalangan umat Islam. Kebanyakan mereka menyangka bahawa bila mereka telah menunaikan perkara-perkara yang fardhu bererti mereka telah menyernpurnakan segala hak Allah dan kewajipan ‘ubudiyyah terhadap-Nya.
Sebenarnya kewajipan-kewajipan yang besar dan rukun-rukun asasi walau bagaimana tinggi kedudukannya, ia hanyalah sebahagian daripada tuntutan ‘ibadah kepada Allah. Ia tidak merupakan seluruh ‘ibadah yang ditetapkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Kewajipan-kewajipan tersebut adalah tiang-tiang utama bagi mengasaskan dasar-dasar ‘ubudiyyah manusia kepada Allah. Selepas ini adalah dituntut bahawa setiap tindakan yang dilakukan olehnya mestilah selaras dengan dasar-dasar tersebut serta mengukuhkannya.
Manusia telah dijadiikan Allah dengan tujuan untuk ber’ibadah kepada Allah. Oleh itu tujuan ini hanya dapat dilaksanakan oleh manusia sekiranya ruang lingkup ‘ibadah dan daerah-daerahnya cukup luas sehingga ia meliputi seluruh urusan kehidupan manusia itu sendiri.














   # DAFTAR PUSTAKA #
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah hukum islam, Jakarta, 1993



[1] Abu Zahroh, Ushul Fiqh, hlm. 364/
[2] Abdul Wahab khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, hlm. 97/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar