Rabu, 25 Mei 2016

Makalah TENTANG PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT BARAT



DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................ ...1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ...2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ...3 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..4
PEMBAHASAN
A.     ZAMAN YUNANI KUNO………………………………………………………...4
B.     ZAMAN PERTENGAHAN………………………………………………………..5
C.     ZAMAN RENAISSANS…………………………………………………………...6
D.     ZAMAN MODERN…………………………………………………………….…..6
E.      ZAMAN KONTEMPOLER………………………………………………………..7
PENUTUP/SIMPULAN…………………………………………………………………....7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....8












PENDAHULUAN
Kebudayaan manusia dewasa ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teramat cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari peran dan pengaruh pemikiran filsafat barat.
Pada awal perkembangan pemikiran filsafat barat pada zaman yunani kuno, filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, artinya antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak dipisahkan. Semua hasil pemikiran manusia pada waktu itu disebut filsafat.
Pada abad pertengahan terjadi perubahan, filsafat pada zaman ini identik dengan agama, artinya pemikiran filsafat pada waktu itu menjadi satu dengan dogma Gereja (Agama). Munculnya Renaissans pada abad ke-15 dan Aufklaerung di abad ke-18 membawa perubahan pandangan terhadap filsafat. Filsafat memisahkan diri dari agama, orang mulai bebas mengeluarkan pendapat tanpa takut dihukum oleh Gereja. Sebagai kelanjutan dari zaman renaissans, filsafat pada zaman modern tetap sekuler, namun sekarang filsafat ditinggalkan oleh ilmu pengetahuan. Artinya ilmu pengetahuan sebagai “anak-anak” filsafat berdiri sendiri dan terpecah menjadi berbagai cabang.
                                                           
PEMBAHASAN
Perkembangan sejarah filsafat barat dapat dibagi dalam empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas ciri pemikiran yang dominan pada waktu itu. Yaitu : Zaman Yunani Kuno, zaman Abad Pertengahan, zaman Abad Modern, dan Abad Kontempoler.[1]

A.     Zaman Yunani Kuno (Abad 6 SM – 6 M)
            Kelahiran pemikiran filsafat barat di awali pada abad ke-6 sebelum masehi yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenar terhadap setiap gejala alam.[2] Manusia pada waktu melalui mite-mite mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung didalamnya.
Ada dua bentuk mite yang berkembang pada waktu itu, yaitu mite Kosmogonis, yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mite Kosmologis, berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian alam semesta. Ciri-ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno adalah perhatian terhadap gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (Arche).
Thales (611-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan arche (asal mula) dari segala sesuatu. Anaximander (611-545 SM) meyakini bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas. Anaximenes (588-524 SM) mengatakan bahwa asal mula segala sesuatu itu adalah udara. Lalu Pythagoras (580-500 SM) mengatakan bahwa asal segala sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
Filsafat Yunani kuno semakin berkembang ketika muncul dua filosof yaitu Heraklitos yang mengemukakan tentang realitas yang tidak berubah (panta rhei khai uden menei) dan berbanding terbalik dengan Parmenides dalam gagasanya tentang “ada” yang kemudian filsafatnya berkembang dan dikenal sebagai Metafisika (yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada) yang mana kemudian menjadi cikal bakal debat Metafisika. Herakleitos mewakili bidang (Pluralisme dan Empirisisme) dan Parmenides sebagai wakil dari bidang (Monisme dan Rasionalisme).
Pemikir yang penting juga dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos, yang menegaskan bahwa realitas tersusun dari atom (atomos, dari a = tidak, dan tomos = terbagi) yang kemudian menjadi cikal bakal ilmu fisika, kimia, dan biologi. Fisafat yang ramai dibicarakan adalah Socrates yang melalui metodenya (Dialegesthai) dialektika yang bisa diartikan dengan bercakap-cakap, Socrates menyebut metodenya sendiri dengan (maieutike tekhne) yaitu fungsi filosof hanya membidani ilmu pengetahuan. Kemudian metode ini diteruskan oleh muridnya sendiri yaitu Plato, ia menganggap bahwa berfilsafat itu mencari kebijaksanaan atau kebenaran yang hanya dapat dilakukan dengan bersama-sama dalam suatu dialog.
Plato dikenal sebagai filosof dualisme, yang mengambarkan dua buah kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide (dunia yang tidak ada perubahan didalamnya), serta dunia bayangan atau inderawi (dunia yang berubah–ubah mencakup yang ditangkap oleh indera). Pemikiran Yunani kuno mencapai puncaknya pada masa murid dari Plato yaitu Aristoteles yang mengemukakan tugas utama dari ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab-penyebab objek yang diselidiki, kemudian di rumuskan penyebab itu menjadi empat :
1.       Penyebab Material (material cause) : ini adalah bahan darimana benda dibuat. Misalnya kursi di buat dari kayu.
2.       Penyebab Formal (formal cause) : ini adalah bentuk penyusunan bahan. Misalnya bentuk kursi ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah kursi.
3.       Penyebab Efisien (efficient cause) : ini adalah sumber – sumber kejadian. Misalnya tukang kayu yang membuat kursi.
4.       Penyebab Final (final cause) : ini adalah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya kursi dibuat dengan tujuan sebagai tempat duduk.

B.     Zaman Pertengahan (6-16 M)
Zaman pertengahan adalah zaman keemasaan bagi kekristenan, dimana dogma-dogma gereja sangat berpengaruh dalam berfilsafat,  filsafat Agustinus yaitu manusia adalah ciptaan tuhan yang unik yang ikut ambil bagian untuk mendapatkan kasihnya, tuhan adalah ada sebagai ada, yang bersifat pribadi yang menciptakan seluruh jagad raya. Pada abad ini dikenal dengan predikat Ancilla Theologiae, yang mengambarkan bahwa tuhan adalah segala kebaikan dan tidak ada dualisme didalamnya, dan kitab suci mengajarkan bahwa alam semesta berawal mula dan filsafat tidak menjawab akan hal tersebut.
Zaman ini juga dapat dikatakan sebagai sebagai suatu zaman yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupn atau system kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Tujuan dari upaya itu untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh.

C.     Zaman Renaissans (14-16 M)
Zaman peralihan dari abad pertengahan yang ditandai dengan suatu era yang disebut dengan renaissans (zaman yang sangat menaruh pada bidang seni lukis, arsitektur, music, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan) yang memberikan suatu perubahan yang revolusioner dalam pemikiran manusia. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia.
Nicolaus Copernicus merupakan tokoh gerejani yang mengemukakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya (teori Heliosentrisme) sumbangsih terhadap revolusi pemikiran akan alam semesta dan sebagai bentuk penolakan terhadap teorinya Ptolomeus (Geosentrisme) yang mengatakan bumi sebagai pusat tata surya. Kemudian Francis Bacon dalam ungkapannya (Knowledge is Power) pengetahuan adalah kekuasaan.

D.     Zaman Modern (17-19 M)
Setelah pergerakan Renaissans kemudian dimatangkan dengan Aufklaerung yang semakin menekan kekuasaan gereja terhadap ilmu pengetahuan, sejak saat ini filsafat ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah)yang kebenarannya dapat diuji melalui metode, dimana kebenaran adalah never ending proces tidak akan berhenti.


Zaman ini merupakan zaman Antroposentrisme yang melihat manusia sebagai pusat penyelidikan dan menghasilkan beberapa aliran filsafat yaitu :
-          Rasionalisme
-          Empirisme
-          Kritisme
-          Idealisme
-          Positivisme
-          Fenomenologi
-          Strukturalisme
-          Evolusionisme
-          Postmodernisme
-          Non-Aliran

E.     Zaman Kontempoler (Abad ke-20 dan seterusnya)
Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Ungkapan filsafat yang membingungkan. Tugas filsafat bukanlah membuat pernyataan-pernyataan tentang sesuatu yang khusus melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap bahasa logika.
Russell dan Wittgenstein melangkah lebih jauh ke dalam metode analisa bahasa ini sebagai sikap atau keyakinan ontologis memilih alternatif terbaik bagi aktivitas berfilsafat. Menurut Wittgenstein, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat bukan melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan itu menjadi jelas. Tujuan filsafat adalah penjelasan logis terhadap pemikiran-pemikiran. Filsafat bukanlah doktrin, melainkan aktivitas. Sebuah karya filsafat pada hakikatnya terdiri atas penjelasan (elucidations).[3]

PENUTUP / SIMPULAN
Berdasarkan paparan singkat sejarah perkembangan pemikiran filsafat barat sejak kelahirannya pada zaman Yunani Kuno sampai Abad ke-20 atau zaman Kontempoler, maka secara singkat dapat ditegaskan bahwa pemikiran filsafat barat berkembang sebagai reaksi terhadap mitos dan sikap dogmatis. Reaksi terhadap mitos dan sikap dogmatis ini melahirkan pemikiran rasional, artinya suatu pendapat yang dimitoskan dan telah menjadi dogma yang beku dilawan, ditentang, dan dikoreksi berdasarkan asumsi-asumsi ilmiah yang baru.










DAFTAR PUSTAKA
Rizal Mustansyir, Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Cet. 5, (Yogyakarta/Celeban Timur:PUSTAKA PELAJAR,2010)
Jerome R. Ravertz, Penerjemah : Saut Pasaribu, The Philosophy Of Science Oxford University Press, 1982 / Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, Cet. 4, (Yogyakarta/Celeban Timur:PUSTAKA PELAJAR,2009)























































[1] . Rizal mustansyir / Misnal munir, Filsafat ilmu, hlm 58-59
[2] . Ibid, hlm 59-60
[3] .Ibid,hlm 89-90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar