DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................ 1
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI....................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.......................................................................................................... 4
B. Rumusan
masalah…………………………………………………………………..4
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tafsir Muqaran…………………………………………………………..5
B. Ruang
lingkup Tafsir Muqaran………………………………………………………5
C. Contoh
Tafsir Muqaran……………………………………………………………...6
D. Kelebihan
danKekurangan Tafsir Muqaran…………………………………………6
E. Urgensi
dan Manfaat Tafsir Muqaran……………………………………………….8
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………….8
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………9
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu ilahi yang di turunkan dengan penuh
kemukjizatan. Ayat-ayatnya memiliki kelebihan masing-masing. Tak satupun yang
bisa di sia-siakan hanya karena alasan sudah ada penggantinya dari ayat yang
lain. Besar kemungkinan bahwa kemampuan manusia tidak bisa menyikap ibrah yang
tersimpan di dalamnya sehingga dengan mudah menganggap beberapa ayat cenderung
membosankan karena memiliki redaksi yang tidak jauh berbeda. Tanpa perhatian
yang intensif, tidak menutup kemungkinan seseorang akan berasumsi bahwa
banyaknya kemiripan dan kesamaan dalam beberapa ayat Al-Qur’an hanyalah
merupakan sebuah tiklar (pengulangan redaksi). Padahal tidak jarang terdapat
hikmah dalam kemiripan tersebut, bahkan hal itu akan mengantarkan orang yang
tekun dalam menganalisisnya pada sebuah formulasi pemahaman dinamis. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya penafsiran dengan metode yang bisa
mengidentifikasi serta mengakomodasi ayat-ayat yang dipandang mirip untuk
kemudian dianalisis dan ditemukan hikmahnya. Selain itu pengungkapan makna di
dalamnya juga akan mewarnai dinamisasi kandungan Al-Qur’an sehingga bbisa
dipahami bahwa setiap ayat memiliki kelebihan masing-masing.
Pada tataran itulah kehadiran metode penafsiran ayat-ayat
yang beredaksi sama ataupun mirip secara Muqaran di anggap penting.
Dalam kajian sederhana ini, pembahasan Tafsir Muqaran diorentasikan dan
difokuskan pada komparasi antar ayat. Komparasi antar ayat berarti
membandingkan beberapa ayat yang di anggap memiliki kecenderungan persamaan
redaksi maupun kasus atau sebaliknya.
B. Rumusan
masalah
1. Pengertian Tafsir Muqaran
2. Ruang lingkup
Tafsir Muqaran
3. Contoh
Tafsir Muqaran
4.
Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Muqaran
5. Urgensi
dan manfaat Tafsir Muqaran
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tafsir Muqaran
Tafsir Al-Muqaran ialah tafsir yang
menggunakan pendekatan perbandingan antara ayat-ayat Al-Qur’an yang redaksinya
berbeda padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinya
mirip padahal isi kandungannya berlainan[1].
Metode Tafsir Muqaran adalah metode
yang ditempuh seorang mufasir dengan cara mengambil sejumlah ayat Al-Qur’an,
kemudian mengemukakan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat itu dan
mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi kecenderungan
masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Adapula yang mendefinisikan Metode
Tafsir Muqaran adalah membandingkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi, yang
berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda, dan yang memiliki redaksi
yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama.
Dari pengertian/definisi di atas
dapat kita pahami bahwa tafsir muqaran merupakan pola penafsiran Al-Qur’an
untuk ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi maupun kasus atau redaksinya
berbeda, namun kasusnya sama begitu juga sebaliknya.
Dalam metode ini, khususnya yang membandingkan antara ayat dengan ayat seperti yang dikemukakan di atas, sang mufasir biasanya hanya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan kandungan yang dimaksud oleh masing-masing ayat atau perbedaan kasus atau masalah itu sendiri.
Dalam metode ini, khususnya yang membandingkan antara ayat dengan ayat seperti yang dikemukakan di atas, sang mufasir biasanya hanya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan kandungan yang dimaksud oleh masing-masing ayat atau perbedaan kasus atau masalah itu sendiri.
B. Ruang
lingkup Tafsir Muqaran
Secara global, tafsir muqaran dapat diaplikasikan
pada ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki dua kecenderungan. Pertama adalah
ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi, namun ada yang berkurang ada juga
yang berlebih. Kedua adalah ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan, tetapi
tetap dalam satu maksud. kajian perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya
terbatas pada analisis redaksional (mabahits lafzhiyat) saja, melainkan
mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat yang diperbandingkan.
Disamping itu, juga dibahas perbedaan kasus yang dibicarakan oleh ayat-ayat
tersebut, termasuk juga sebab turunnya ayat serta konteks sosio-kultural
masyarakat pada waktu itu.
C. Contoh
Tafsir Muqaran
-
Contoh Tafsir Muqaran yang membahas kasus yang sama dengan
redaksi yang berbeda[2]
:
Seperti misalnya dalam firman Allah dalam surat Al-An'am
ayat 151 dengan surat Al-Isra' ayat31.
Dua ayat tersebut membahas kasus yang sama, yakni larangan membunuh anak-anak karena alasan kemiskinan, namun redaksinya terlihat berbeda. Perbedaan itu bisa dilihat dari segi mukhatab (objek) nya. mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi yang digunakan adalah
(من إملاق ) yang berarti karena alasan kemiskinan. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu miskin”. Sementara itu, mukhatab pada ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan adalah
( خشية إملاق ) yang berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu takut menjadi miskin”. Selanjutnya, pada ayat pertama dhamir mukhatab didahulukan dengan maksud untuk menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa ia tidak mampu memberikan nafkan kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki kepadanya. Jadi, kedua ayat itu menumbuhkan optimisme kepada si kaya maupun si miskin.
- Contoh Tafsir Muqaran beredaksi mirip yang membahas kasus yang berbeda.
Dua ayat tersebut membahas kasus yang sama, yakni larangan membunuh anak-anak karena alasan kemiskinan, namun redaksinya terlihat berbeda. Perbedaan itu bisa dilihat dari segi mukhatab (objek) nya. mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi yang digunakan adalah
(من إملاق ) yang berarti karena alasan kemiskinan. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu miskin”. Sementara itu, mukhatab pada ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan adalah
( خشية إملاق ) yang berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu takut menjadi miskin”. Selanjutnya, pada ayat pertama dhamir mukhatab didahulukan dengan maksud untuk menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa ia tidak mampu memberikan nafkan kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki kepadanya. Jadi, kedua ayat itu menumbuhkan optimisme kepada si kaya maupun si miskin.
- Contoh Tafsir Muqaran beredaksi mirip yang membahas kasus yang berbeda.
Seperti
antara surat al-Anfal ayat 10 dengan surat ali-Imran ayat 126.
Dua ayat
tersebut redaksinya terlihat mirip, bahkan sama-sama menjelaskan pertolongan
Allah kepada kaum muslimin dalam bertempur melawan musuh.
Variasi yang dapat dilihat adalah:
1. Surat Al Anfal mendahulukan kata ( bihi ) dari pada ( qulubukum )
2. surat Al Anfal menggunakan kata ( inna ), sedangkan Al Imron tidak
3. Surat Ali Imran menggunakan kata ( lakum ), sedangkan Al Anfal tidak
4. Surat Al Anfal berbicara mengenai perang Badar, sedangkan Ali Imron berbicara tentang perang uhud
Variasi keterdahuluan bihi dan penambahan inna dalam ayat pertama dimaksudkan sebagai penekanan atau penegasan kandungan utama ayat tersbut saat berlangsungnya perang badar. Pada ayat kedua, hal tersebut diduga tidak lagi diperlukan.
Variasi yang dapat dilihat adalah:
1. Surat Al Anfal mendahulukan kata ( bihi ) dari pada ( qulubukum )
2. surat Al Anfal menggunakan kata ( inna ), sedangkan Al Imron tidak
3. Surat Ali Imran menggunakan kata ( lakum ), sedangkan Al Anfal tidak
4. Surat Al Anfal berbicara mengenai perang Badar, sedangkan Ali Imron berbicara tentang perang uhud
Variasi keterdahuluan bihi dan penambahan inna dalam ayat pertama dimaksudkan sebagai penekanan atau penegasan kandungan utama ayat tersbut saat berlangsungnya perang badar. Pada ayat kedua, hal tersebut diduga tidak lagi diperlukan.
D. Kelebihan
dan Kekurangan Tafsir Muqaran
1.
Kelebihan
Di antara kelebihan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan wawasan penafsiran yang
relatif lebih luas kepada para pembaca bila dibandingkan dengan metode-metode
yang lain. Didalam penafsiran itu, terlihat bahwa satu ayat Al-Qur’an dapat
ditinjau dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian
mufasirnya. Dengan demikian, terasa bahwa Al-Qur’an itu tidak sempit, melainkan
amat luas dan dapat menampung berbagai ide dan pendapat. Semua pendapat atau
penafsiran yang diberikan itu dapat diterima selama proses penafsirannya
melalui metode dan kaidah yang benar.
b. Membuka pintu untuk selalu bersikap
toleran terhadap pendapat orang lain yang kadang-kadang jauh berbeda dari
pendapat kita dan tidak mustahil ada kontroversi. Dengan demikian, hal itu
dapat mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu madzhab atau aliran
tertentu, sehingga umat, terutama mereka yang membaca tafsir muqaran, terhindar
dari sikap ekstrimistis yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat. Hal itu
dimungkinkan karena penafsiran tersebut memberikan berbagai pilihan.
c. Tafsir dengan metode komparatif ini
amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu
ayat. Oleh karena itu, penafsiran semacam ini cocok untuk mereka yang ingin
memperluas dan mendalami penafsiran Al-Qur’an bukan bagi para pemula.
d. Dengan menggunakan metode
komparatif, mufasir didorong untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis-hadis serta
pendapat-pendapat para mufasir yang lain. Dengan pola serupa ini akan
membuatnya lebih berhati-hati dalam proses penafsiran suatu ayat.
2. Kekurangan
Di antara kekurangan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Penafsiran yang memakai metode ini
tidak dapat diberikan kepada para pemula, seperti mereka yang sedang belajar
pada tingkat sekolah menengah ke bawah. Hal itu disebabkan pembahasan yang
dikemukakan didalamnya terlalu luas dan kadang-kadang bisa ekstrim.
b. metode ini kurang dapat diandalkan
untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Hal itu
disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan dari pada pemecahan
masalah. Dengan demikian, jika menginginkan pemecahan masalah, yang tepat adalah
menggunakan metode tafsir ahkam.
c. metode ini terkesan lebih banyak
menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh para ulama daripada
mengemukakan penafsiran-penafsiran baru. Sebenarnya kesan serupa itu tidak
perlu timbul apabila mufasirnya kreatif. Artinya, dia tidak hanya sekedar
mengemukakan penafsiran-penafsiran orang lain, tetapi harus mengaitkannya dengan
kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian dia akan menghasilkan
sintesis-sintesis baru yang belum ada sebelumnya.
E. Urgensi
dan manfaat Tafsir Muqaran
Seorang mufasir dapat menggali hikmah yang terkandung di
balik variasi redaksi ayat, atau dengan kata lain yang lebih tepat, menguras
kandungan pengertian ayat-yang barangkali terlewatkan metode lain sehingga
manusia semakin sadar bahwa komposisi ayat itu tidak ada yang dibuat secara
sembarang, apalagi untuk mengatakan bertentangan. Pada sisi lain, dapat juga mendemonstrasikan
kecanggihan Al-Qur’an dari segi redaksional.
Fenomena ini mendorong para mufassir
untuk mengadakan penelitian dan penghayatan terhadap ayat-ayat yang secara
redaksional memiliki kesamaan. Dengan begitu, akan tampak jelas kontekstualisasi
kandungan ayat tersebut karena hal ini akan efektif menepis anggapan bahwa
Tuhan sudah “kehabisan” kosakata dalam melengkapi ajaran qurani atau mungkin
beberapa ayat dianggap cenderung membosankan karena terkesan diulang-ulang. Tak
satupun ayat yang tersia-siakan karena satu persatunya mengandung hikmah yang
perlu dibedah dan ditelusuri spesifikasinya. Oleh karena itu, tidak terlalu
berlebihan kiranya dinyatakan bahwa mendekati Al-Qur’an dari dimensi model
tafsir seperti ini akan menambah keteguhan imam seseorang serta akan menguatkan
kreativitas bertafakkur[3].
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan tadi dapat
disimpulkan bahwa metode tafsir muqaran merupakan salah satu cara menafsirkan Al-Qur’an
yang spesifikasinya terfokus pada upaya menganalisis ayat-ayat yang beredaksi
mirip atau sama, baik dalam satu kasus atau berbeda.
Lalu untuk mufasir yang menggunakan
metode ini sepantasnya dapat mengidentifikasi dan inventarisasi ayat-ayat yang
beredaksi mirip atau sama, mengomparasi ayat-ayat tersebut untuk menemukan persamaan
dan perbedaannya, menganalisis perbedaan yang terkandung di dalamnya untuk
kemudian melakukan penafsiran.
DAFTAR
PUSTAKA
http://abdul-rossi.blogspot.com/2011/04/tafsir-muqaran.html
http://abdul-rossi.blogspot.com/2011/04/tafsir-muqaran.html
Izzan
Ahmad, Drs. Metodologi ilmu tafsir. Bandung Tafakkur (HUMANIORA) 2009
Baidan,
Nasruddin , Metode Penafsiran Al-Quran, , Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2002
Dr. Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’iy,
Raja grafindo Persada, Jakarta : 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar